K-LINK

Minggu, 12 Juni 2016

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehinggga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sekaligus sebagai syarat untuk mengikuti MID semester, dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Filsafat Pendidikan”.
Makalah ini penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah filsafat pendidkan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.


                                                                                          Palu, 19 Oktober 2015


                                                                                                  Anjas Amsar





DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................            i
KATA PENGANTAR ........................................................................................             ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................            iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................            1
   1.1 Latar Belakang ...........................................................................................           1
   1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................           2
   1.3 Maksud dan Tujuan ...................................................................................            2
   1.4 Manfaat ......................................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................           3
   2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan ..................................................................           3
   2.2 Hubungan Filsafat dan Pendidikan ............................................................           4
   2.3 Manfaat Filsafat Terhadap Pendidikan ......................................................         13
BAB III PENUTUP ............................................................................................         16
   3.1 Kesimpulan ................................................................................................         16
   3.2 Saran ..........................................................................................................         16
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................         17











BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk mengetahui kakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada susuatu yang disebut agama. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalaha yang ada dilingkungan pendidikan. Padahala menurut John Dewey, seorang filosofi amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan. Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofi dan memerlukan jawaban secara filosofis disiplin ilmu pengetahuan yang lahir itu ternyata memiliki objek dan sasaran yang berbeda, yang terpisah satu sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi.


1.2  Rumusan Masalah
a.       Pengertian filsafat pendidikan
b.      Hubungan filsafat dan pendidikan
c.       Manfaat filsafat terhadap pendidikan
1.3  Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan. Selain itu, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan sekaligus syarat untuk mengikuti ujian MID semester untuk mendapatkan nilai.
1.4  Manfaat
a.       Mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan.
b.      Sebagai bekal mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik agar dapat menghadapi masalah dalam pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Perbedaan Ideologi Pendidikan dengan Filsafat Pendidikan
 Ideologi Pendidikan adalah kumpulan gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang berorientasi pada pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memajukan sistem pendidikan.
Perbedaan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan
 Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya. 
         Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Dengan kata lain filsafat pendidikan adalah petunjuk, sedangkan teori pendidikan adalah sesuatu yang melaksanakan petunjuk.

2.2 Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
A.    Realita Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Kita berusaha melihat realita hubungannya, berdasarkan suatu asumsi, bahwa keduanya merupakan kegiatan manusia. Kegiatan manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam hasilnya. Dilihat dari hasilnya,filsafat dan ilmu merupakan hasil dari pada berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan ), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Filsafat dan ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan antara filsafat dan ilmu, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.
1.         Hubungan filsafat dengan ilmu
Henderson, memberikan gambaran hubungan (dalam hal ini perbedaan )antara filsafat dan ilmu sebagai berikut:
a.    Ilmu (Science)
1.         Anak filsafat.
2.         Analitis; memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagianya.
3.         Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya.
4.         Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat   terpenting; menguji sesuatu dengan menggunakan penginderaan.
b.    Filsafat
1.         Induk ilmu.
2.         Sinoptis, memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat menerangkannya, menafsirkannya dan memahaminya secara keseluruhan.
3.         Bukan saja menekankan keadaan sebenarnya dari objek, melaikan juga bagaimana seharusnya objek itu. Manusia dan nilai merupakan faktor penting.
4.         Menggunakan semua penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan memakai pikiran.
2.   Titik temu filsafat dengan ilmu pengetahuan
Ada beberapa titik pertemuan antara filsafat dan ilmu, yaitu:
a. Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode reflective thinking didalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
b. Filsafat dan ilmu pengetahuan  keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
c. Ilmu pengetahuan  mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
d. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan bermacam-macam ilmu dan berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya sangat penting serta saling melengkapi. Tetapi harus pula saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifat-sifatnya masing-masing. Ini sering dilupakan, lalu menimbulkan bermacam-macam kesukaran dan persoalan yang seharusnya dapat dihindari asal saja orang insyaf akan perbedaan antara kedua ilmu pengetahuan tersebut. Misalnya seorang dokter mengatakan: “waktu saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya”, maka ia menginjak lapangan lain, meloncat dari lapangannya sendiri ke dalam lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya itu tidak benar lagi.
3.    Perbedaan prinsipil filsafat dengan ilmu pengetahuan
Dalam mengupas masalah perbedaan prinsipil antara filsafat dengan ilmu pengetahuan disini dikemukakan tiga buah alasan perbedaan yaitu:
a.       Penjelasan yang terakhir
Seorang ahli ilmu hayat misalnya mempelajari gejala-gejala “hidup”objeknya ialah makhluk-makhluk yang hidup. Maka ia akan menyelidiki semua pertanyaan-pertanyaan hidup dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan dari manusia pula untuk diterangkan kemudian. Maka ia mencari pengetahuan tentang peredaran darah, pencernaan, organ-organ dan sebagainya serta mencoba menunjukkan semua faktor-faktor yang mempengaruhi hidup itu. Akan tetapi pembuktian bahwa makhluk hidup yang dipelajarinya itu “hidup” diterimanya tanpa pembuktian lebih lanjut. Karena hal ini tidak menjadi lapangan penyelidikannya dan objek materialnya.
Seorang filosof sebaliknya yakin bahwa misalnya pencernaan atau peredaran darah itu tidak habis diterangkan dengan menunjukkan kelenjar-kelenjar, alat-alat dan sebagainya, melainkan terletak dalam adanya makhluk itu hidup. Dan apabila ia mencoba memperoleh pengertian tentang hidup itu sampai pada kesimpulan bahwa hidup itu bersifat “dapat menggerakkan dirinya sendiri” atau swagerak. Maka ia bertanya terus apakah masalah bergerak dan mengapakah barang hidup itu bergerak dan barang mati itu tidak bergerak?
b.      Keinginan akan syntesis (akan pandangan yang meliputi keseluruhan)
Ilmu pengetahuan itu bermacam-macam, banyak, karena kenyataan memang beranekaragam. Didorong oleh keinginan untuk mengerti dengan lengkap dan mendalam, maka orang membagi-bagi lapangan ilmu pengetahuan menjadi berbagai macam yang masing-masing mempelajari satu lapangan yang khusus. Dan dalam penghkususan itu masih terus mengadakan spesialisasi  lebih lanjut. Akan tetapi spesialisasi dalam lapangan ilmu pengetahuan khusus itu orang merasakan bahwa bagian-bagian hanya dapat dimengerti jika dipandang dalam keseluruhannya. Ilmu pengetahuan itu bagi jiwa manusia masih terlalu terbatas adanya, terlalu terbagi-bagi pula. Yang dikehendaki oleh akal budi manusia adalah kesatuan didalam kebanyakragaam itu, pandangan yang meliputi seluruh lapangan ilmu pengetahuan. Sedang dasarnya yang lebih dalam lagi ialah: bagi seluruh dunia, manusialah yang menjadi pusat dan puncaknya. Sambil hidup didunia ini haruslah mencari tujuan hidupnya, serta sesuai dengan harkat dan martabat manusia artinya dengan sadar bebas merdeka dan harus menentukan jalannya. Ia harus menentukan sikap dan kedudukannya terhadap sesama manusia , terhadap diri sendiri serta terhadap Tuhan pula. Maka diatas hasil-hasil penyelidikan ilmu pengetahuan itu ia memerlukan suatu pengetahuan lagi yang lebih luas, meliputi semua lapangan kehidupannya, dan dengan mana ia dapat menempatkan dirinya sendiri didalam keseluruhannya itu. Pengetahuan inilah yang disebut “filsafat”.
c.       Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ilmu pengetahuan itu sendiri
Lain daripada itu ilmu pengetahuan itu tidak dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang timbul bagi seseorang manusia, malahan ilmu pengetahuan itu sendiri menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Seperti telah dikatakan tadi, ilmu hayat misalnya tanpa pembuktian menerima adanya makhluk-makhluk hidup. Apabila seorang ahli alam menyelidiki benda-benda mati,maka ia harus menerima adanya benda-benda hidup, hal itu tidak menjadi persoalan bagi mereka dan berpangkalan pada pengertian dan kejadian-kejadian yang oleh ilmu pengetahuan itu dianggap sudah pasti, tidak memerlukan pembuktian ataupun penyelidikan lagi, begitu juga dengan ahli kimia dan ahli sejarah. Ini semuanya tidaklah dipersoalkan atau perlu dibuktikan terlebih dahulu. Ini diterima sebagai kenyataan. Akan tetapi sementara itu teranglah bahwa ini tidak seterang seperti anggapan mereka. Bahwa mengenai hal ini ada persoalan-persoalan juga. Seorang ahli kimia tidak bertanya: “apakah benda itu” dan mengapa justru benda itu ada?. Ahli sejarah tidak bertanya mengenai: siapakah sebetulnya pada hakikatnya manusia itu?, mengapaia hidup di dalam waktu?, dll.
Akan tetapi pertanyaan pertanyaan seperti ini akan timbul: “seorang dokter menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua gejala yang diperiksanya, misalnya antara makan dan matinya seseorang pasien itu tadi.
Maka jelaslah bahwa kita sebagai manusia disamping ilmu-ilmu pengetahuan khusus masih memerlukan suatu ilmu pengetahuan lain lagi, suatu ilmu yang khusus mempelajari soal-soal seperti tersebut diatas. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lain adalah “filsafat”, filsafatlah yang bertugas dalam hal :
1.       Memberikan kenyataan-kenyataan yang “terakhir”
2.      Memberikan syntesis yang diinginkan
3.       Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ilmu pengetahuan
Semua  ilmu pengetahuan tentu berdasarkan anggapan bahwa barang-barang yang dipandangnya sebagai objek itu tentu ada, akan tetapi ilmu-ilmu pengetahuan itu tidak mengatakan sepatah kata pun tentang:
1.       Apakah yang disebut “ada” itu?
2.      Apakah hidup itu?
3.       Apakah sebab itu?
4.      Apakah pikiran itu?
5.       Apakah mengerti itu?
Apabila ternyata bahwa “ada” itu ada tingkatannya, maka dipersoalkan apa arti “ada” itu dalam setiap tingkatan itu dalam barang-barang mati, dalam tumbuh-tumbuhan, dalam binatang-binatang dan dalam manusia. Dan apabila ternyata bahwa manusia itu sendiri belumlah merupakan penjelasan yang terakhir dari kesemuanya itu, maka diteruskanlah penyelidikannya hingga sampailah ia pada tuhan, sebab pertama dan tujuannya terakhir dari dunia dan manusia. Maka jika misalnya ilmu mendidik dibangun atas keyakinan bahwa manusia memang dapat dididik, filsafatlah yang membicarakan apakah manusia itu sesungguhnya, apakah dan mengapakah ia perlu atau mungkin dididik .
B.     Hubungan filsafat dan pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya,  akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan –pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
2. Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya: “ Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut:
      “Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakiki manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan dan metodologi pendidikan dan pengajaran.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu”.

C.    Kedudukan filsafat pendidikan  sebagai satu disiplin ilmu
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan dengan meninjau sesuatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Maka kemudian timbullah penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkungan filsafat. Jika penyelidikan ini telah mencapai tingkat yang tinggi,maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru dan berdiri sendiri. Adapun yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat adalah ilmu pasti, kemudian disusul oleh ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang melepaskan diri tidaklah berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Misalnya makna pengetahuan tentang atom, baru mulai nampak bila dihubungkan dengan perabadan. Seorang ahli atom berusaha menemukan fakta kemudian menciptakan teknik-teknik yang diperlukan. Semuanya itu dilakukan dengan pengatahuan tentang atom yang semakin meluas dan mendalam. Namun para ahli atom kadang-kadang tidak memperhatikan apa yang dilakukan manusia. Karena atom untuk kepentingan perang yang dapat membawa malapetaka kepada manusia. Hal ini menjadi tugas dari filsafat karena menyangkut masalah nilai, yang berati filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Kemudian pembahasan tentang kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau  berpikir filosofis dan berpikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan Piaget tentang epostemologi genetis, yaitu fase-fase berpikir dan pikiran manusia dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga dewasa sebagaimana diuraikan oleh Halford sebagai berikut:
Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam hal tingkah laku yang terdiri atas  4 fase, yaitu:
1. Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana cara berpkir anak masih sangat ditentukan oleh kemampuan pengalaman sensorinya, sehingga saat sedikit terjadi peristiwa berpikir yang sebenarnya , dimana tangapan tidak berperan sama sekali dalam proses berpikir dan pikiran anak.
2. Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai adanya kegiatan berpikir dengan mulai menggunakan tanggapan(disebut logika fungsional). Ia tidak menyebut dengan berpikir berdasar hubungan sebab akibat, seperti pendapat para ahli psikologi perkembangan.
3. Fase operasional yang Kongkret, yaitu kegiatan berpikir untuk memecahkan persoalan secara konkret dan terhadap benda-benda yang konkret pula.
4. Fase Operasional Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai berpikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan menggunakan hipotesa serta memprosesnya secara sistematis dalam rangka menyelesaikan problema walaupun si anak belum mampu membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.
Dari uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
2. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu
3. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam taip-tiap ilmu pengetahuan
4. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat
5. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.

2.3 Manfaat Filsafat Terhadap Pendidikan
Filsafat pendidikan, meskipun tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk mempelajarinya, namun ternyat memiliki dampak dan juga manfaat yang banyak. Apa saja manfaat filsafat pendidikan? Berikut ini adalah beberapa manfaat dari filsafat pendidikan :
A. Menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan
Pendidikan sendiri, tidak lain juga merupakan sebuah ilmu yang dapat terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya filsafat pendidikan, maka setiap peneliti yang berkecimpung dan merupakan salah satu pengamat di bidang pendidikan dapat terbantu untuk lebih mengembangkan ilmu pendidikan yang ada. Berawal dari pertanyaan mengenai apa, mengapa dan juga bagaimana, yang merupakan dasar utama dari filsafat.
Hal ini dapat membantu para peneliti dan juga mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan mampu mengembangkan dan menyempurnakan ilmu pendidikan yang sudah ada.
B. Menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan
Segala sesuatu yang diwajibkan dan juga merupakan hak warga Negara pastinya harus diatur dalam sebuah undang-undang atau aturan tertentu. Peraturan mengenai pendidikan ini dibuat dengan menggunakan prinsip filsafat pendidikan. Dengan menggunakan prinsip filsafat, yaitu mengetahui :
  • Apa yang harus dilakukan untuk memajukan pendidikan
  • Mengapa pendidikan itu perlu
  • Bagaimana melaksanakan pendidikan
Maka dengan demikian dapat dibuat suatu peraturan atau undang-undang yang melandasi bidang pendidikan sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kebingungan bagi para pendidik maupun yang terdidik.
C. Menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi di bidang pendidikan
Pertanyaan filosofis mengenai pendidikan, seperti mengapa pendidikan itu penting dapat memberikan jawaban kepada mereka yang ingin mengabdi menjadi tenaga pendidik. Dengan adanya filsafat pendidikan, maka tujuan pengabdian dari setiap insan pendidik akan menjadi jelas, dan hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan juga pengimplementasian mengenai filsafat pendidikan.
D. Menentukan kurikulum dan juga materi yang harus diajarkan dalam bidang pendidikan
Untuk menentukan kurikulum dan materi-materi apa saja yang harus diberikan oleh tenaga pendidik, sesuai dengan tingkatan usianya bukanlah hal yang mudah. Namun dengan adanya filsafat penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengkaji hal-hal apa saja yang harus diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh materi dan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan juga usia mereka dengan cara pembuatan kurikulum ajar.
E. Memberikan pemahaman menyeluruh mengani dunia pendidikan
Meskipun sudah sangat sering mempelajari tentang pendidikan, namun mungkin masih banyak beberapa orang yang belum memiliki pemahaman seutuhnya mengenai arti dan juga manfaat dari pendidikan. Dengan manfaat filsafat pendidikan, maka pemahaman dan arti keseluruhan mengai apa itu pendidikan akan menjadi lebih jelas dan membuat siapapun akan menjadi lebih paham mengenai dunia pendidikan.
F. Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi pendidikan lebih baik lagi
Dengan adanya manfaat filsafat pendidikan, maka setiap pendidik sudah dapat memahami bagaimana memberikan dan juga mengembangkan materi pendidikan dengan baik. Nah, hal ini pun akan sangat bermanfaat dan penting bagi para pelaku di bidang pendidikan agar lebih paham terhadap materi pendidikan yang harus diajar dengan lebih baik lagi..
G. menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkalitas
Sekali lagi, pemahaman yang diperoleh para pendidik mengenai pendidikan akan membuat kualitas dari para pendidik tersebut menjadi lebih baik lagi. Jadi, secara harafiah, apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan juga kualitas dari tenaga pendidik, maka setiap pendidik haruslah memahamai dan juga mempelajari mengenai filsafat pendidikan, agar dapat menjadi tenaga pendidik yang lebih baik lagi, sekaligus mampu untuk memajukan dan juga mengembangkan pendidikan di Indonesia secara khususnya.
H. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnya harus diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik maupun tenaga professional yang berfungsi untuk mendidik seseorang, maka mereka haruslah memahami hal apa saja yang harus diketahui pada bidang pendidikannya masing-masing. Hal ini dapat diperoleh dengan baik apabila seseorang mampu memahami dan mempelajari filsafat pendidikan.
I. Meningkatkan kualitas pendidikan
Manfaat penting lainnya dari filsafat pendidikan adalah dapat meningkatkan kualitas dari pendidikan. Hal ini tentu saja sejalan dengan manfaat lainnya dari filsafat pendidikan, yaitu dapat emeningkatkan pemahamn dan juga kualitas dari para tenaga pendidik. Tentu saja hal ini dapat berpengaruh langsung kepada kualitas pendidikan Indonesia. 



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat  merupakan ilmu  yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan  adanya kebenaran dalam memecahkan permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi  dan  terbentuknya kepribadian muslim.
Jadi filsafat dan pendidikan ini  saling berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.

3.2 SARAN
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal dalam mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan medernisasi.
DAFTAR PUSTAKA


1 komentar:

  1. Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah Seorang Mahasiswa PGSD UNIVERSITAS TADULAKO. Sukses d usia Muda adalah IMPIANKU. Sekarang masih dalam tahap Pengembangan Diri Kearah Sikap-sikap yang positif. Saya Kuliah Sambil Kerja Sambil Jalani Bisnis. dengan DOA dan USAHA saya yakin SAYA BISA. keinginanku mencapai kesuksesan saya coba terus-menurus sampai SAYA BISA. Berbekal keyakinan saya akan mengembangkan potensi DIRI SAYA. Apakah dalam Bisnis, Akademik atau apapun itu saya akan coba lakukan untuk menuju puncak itu.