KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyanyang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
penulis, sehinggga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah sekaligus sebagai syarat untuk mengikuti MID semester, dalam
makalah ini penulis membahas mengenai “Filsafat Pendidikan”.
Makalah ini penulis susun dengan
maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga
makalah filsafat pendidkan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Palu,
19 Oktober 2015
Anjas Amsar
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan .................................................................. 3
2.2 Hubungan Filsafat dan Pendidikan ............................................................ 4
2.3 Manfaat Filsafat Terhadap Pendidikan ...................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
3.2 Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk mengetahui kakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada susuatu yang disebut agama. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalaha yang ada dilingkungan pendidikan. Padahala menurut John Dewey, seorang filosofi amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan. Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofi dan memerlukan jawaban secara filosofis disiplin ilmu pengetahuan yang lahir itu ternyata memiliki objek dan sasaran yang berbeda, yang terpisah satu sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian
filsafat pendidikan
b. Hubungan
filsafat dan pendidikan
c. Manfaat
filsafat terhadap pendidikan
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami secara
menyeluruh mengenai filsafat pendidikan. Selain itu, tujuan dari dibuatnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
sekaligus syarat untuk mengikuti ujian MID semester untuk mendapatkan nilai.
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa
dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan.
b. Sebagai
bekal mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik agar dapat menghadapi masalah
dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Filsafat Pendidikan
Perbedaan Ideologi Pendidikan dengan
Filsafat Pendidikan
Ideologi Pendidikan adalah kumpulan gagasan-gagasan,
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis
yang berorientasi pada pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang teratur
yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan
memajukan sistem pendidikan.
Perbedaan filsafat pendidikan dengan
teori pendidikan
Filsafat, dalam arti analisa
filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-
teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat
idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan
ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan
atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan,
juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan
tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Dengan kata lain filsafat pendidikan adalah
petunjuk, sedangkan teori pendidikan adalah sesuatu yang melaksanakan petunjuk.
2.2
Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
A.
Realita Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Kita berusaha melihat realita
hubungannya, berdasarkan suatu asumsi, bahwa keduanya merupakan kegiatan
manusia. Kegiatan manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam
hasilnya. Dilihat dari hasilnya,filsafat dan ilmu merupakan hasil dari pada berpikir
manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu
menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan ), dengan
menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan
kritis.
Filsafat dan ilmu memiliki hubungan
saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia
itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi,
karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang
berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan antara filsafat dan ilmu, yang
menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.
1.
Hubungan
filsafat dengan ilmu
Henderson, memberikan gambaran hubungan (dalam hal
ini perbedaan )antara filsafat dan ilmu sebagai berikut:
a. Ilmu
(Science)
1.
Anak filsafat.
2.
Analitis; memeriksa
semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya
menurut bagianya.
3.
Menekankan fakta-fakta
untuk melukiskan objeknya.
4.
Menggunakan metode
eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting; menguji sesuatu dengan
menggunakan penginderaan.
b. Filsafat
1.
Induk ilmu.
2.
Sinoptis, memandang
dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat menerangkannya,
menafsirkannya dan memahaminya secara keseluruhan.
3.
Bukan saja menekankan
keadaan sebenarnya dari objek, melaikan juga bagaimana seharusnya objek itu.
Manusia dan nilai merupakan faktor penting.
4.
Menggunakan semua
penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan
memakai pikiran.
2. Titik
temu filsafat dengan ilmu pengetahuan
Ada beberapa titik pertemuan antara
filsafat dan ilmu, yaitu:
a.
Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode reflective
thinking didalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
b.
Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menunjukkan sikap kritis dan
terbuka, dan memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
c.
Ilmu pengetahuan mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah
ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
d.
Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan
bermacam-macam ilmu dan berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut kedalam
suatu pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya
sangat penting serta saling melengkapi. Tetapi harus pula saling menghormati
dan mengakui batas-batas dan sifat-sifatnya masing-masing. Ini sering
dilupakan, lalu menimbulkan bermacam-macam kesukaran dan persoalan yang
seharusnya dapat dihindari asal saja orang insyaf akan perbedaan antara kedua
ilmu pengetahuan tersebut. Misalnya seorang dokter mengatakan: “waktu saya mengoperasi
seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya”, maka ia menginjak lapangan
lain, meloncat dari lapangannya sendiri ke dalam lapangan filsafat, sehingga
kesimpulannya itu tidak benar lagi.
3.
Perbedaan prinsipil filsafat dengan ilmu pengetahuan
Dalam mengupas masalah perbedaan
prinsipil antara filsafat dengan ilmu pengetahuan disini dikemukakan tiga buah
alasan perbedaan yaitu:
a. Penjelasan
yang terakhir
Seorang
ahli ilmu hayat misalnya mempelajari gejala-gejala “hidup”objeknya ialah
makhluk-makhluk yang hidup. Maka ia akan menyelidiki semua
pertanyaan-pertanyaan hidup dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan dari manusia
pula untuk diterangkan kemudian. Maka ia mencari pengetahuan tentang peredaran
darah, pencernaan, organ-organ dan sebagainya serta mencoba menunjukkan semua
faktor-faktor yang mempengaruhi hidup itu. Akan tetapi pembuktian bahwa makhluk
hidup yang dipelajarinya itu “hidup” diterimanya tanpa pembuktian lebih lanjut.
Karena hal ini tidak menjadi lapangan penyelidikannya dan objek materialnya.
Seorang
filosof sebaliknya yakin bahwa misalnya pencernaan atau peredaran darah itu
tidak habis diterangkan dengan menunjukkan kelenjar-kelenjar, alat-alat dan
sebagainya, melainkan terletak dalam adanya makhluk itu hidup. Dan apabila ia
mencoba memperoleh pengertian tentang hidup itu sampai pada kesimpulan bahwa
hidup itu bersifat “dapat menggerakkan dirinya sendiri” atau swagerak. Maka ia
bertanya terus apakah masalah bergerak dan mengapakah barang hidup itu bergerak
dan barang mati itu tidak bergerak?
b. Keinginan
akan syntesis (akan pandangan yang meliputi keseluruhan)
Ilmu
pengetahuan itu bermacam-macam, banyak, karena kenyataan memang beranekaragam.
Didorong oleh keinginan untuk mengerti dengan lengkap dan mendalam, maka orang
membagi-bagi lapangan ilmu pengetahuan menjadi berbagai macam yang
masing-masing mempelajari satu lapangan yang khusus. Dan dalam penghkususan itu
masih terus mengadakan spesialisasi lebih lanjut. Akan tetapi
spesialisasi dalam lapangan ilmu pengetahuan khusus itu orang merasakan bahwa
bagian-bagian hanya dapat dimengerti jika dipandang dalam keseluruhannya. Ilmu
pengetahuan itu bagi jiwa manusia masih terlalu terbatas adanya, terlalu
terbagi-bagi pula. Yang dikehendaki oleh akal budi manusia adalah kesatuan
didalam kebanyakragaam itu, pandangan yang meliputi seluruh lapangan ilmu
pengetahuan. Sedang dasarnya yang lebih dalam lagi ialah: bagi seluruh dunia,
manusialah yang menjadi pusat dan puncaknya. Sambil hidup didunia ini haruslah
mencari tujuan hidupnya, serta sesuai dengan harkat dan martabat manusia
artinya dengan sadar bebas merdeka dan harus menentukan jalannya. Ia harus
menentukan sikap dan kedudukannya terhadap sesama manusia , terhadap diri
sendiri serta terhadap Tuhan pula. Maka diatas hasil-hasil penyelidikan ilmu
pengetahuan itu ia memerlukan suatu pengetahuan lagi yang lebih luas, meliputi
semua lapangan kehidupannya, dan dengan mana ia dapat menempatkan dirinya
sendiri didalam keseluruhannya itu. Pengetahuan inilah yang disebut “filsafat”.
c. Pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dari ilmu pengetahuan itu sendiri
Lain
daripada itu ilmu pengetahuan itu tidak dapat menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan yang timbul bagi seseorang manusia, malahan ilmu
pengetahuan itu sendiri menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Seperti telah dikatakan tadi, ilmu
hayat misalnya tanpa pembuktian menerima adanya makhluk-makhluk hidup. Apabila
seorang ahli alam menyelidiki benda-benda mati,maka ia harus menerima adanya
benda-benda hidup, hal itu tidak menjadi persoalan bagi mereka dan berpangkalan
pada pengertian dan kejadian-kejadian yang oleh ilmu pengetahuan itu dianggap
sudah pasti, tidak memerlukan pembuktian ataupun penyelidikan lagi, begitu juga
dengan ahli kimia dan ahli sejarah. Ini semuanya tidaklah dipersoalkan atau
perlu dibuktikan terlebih dahulu. Ini diterima sebagai kenyataan. Akan tetapi
sementara itu teranglah bahwa ini tidak seterang seperti anggapan mereka. Bahwa
mengenai hal ini ada persoalan-persoalan juga. Seorang ahli kimia tidak
bertanya: “apakah benda itu” dan mengapa justru benda itu ada?. Ahli sejarah
tidak bertanya mengenai: siapakah sebetulnya pada hakikatnya manusia itu?,
mengapaia hidup di dalam waktu?, dll.
Akan
tetapi pertanyaan pertanyaan seperti ini akan timbul: “seorang dokter
menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua gejala yang diperiksanya, misalnya
antara makan dan matinya seseorang pasien itu tadi.
Maka
jelaslah bahwa kita sebagai manusia disamping ilmu-ilmu pengetahuan khusus
masih memerlukan suatu ilmu pengetahuan lain lagi, suatu ilmu yang khusus
mempelajari soal-soal seperti tersebut diatas. Dan ilmu pengetahuan itu tidak
lain adalah “filsafat”, filsafatlah yang bertugas dalam hal :
1.
Memberikan kenyataan-kenyataan yang “terakhir”
2.
Memberikan syntesis yang diinginkan
3.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ilmu pengetahuan
Semua
ilmu pengetahuan tentu berdasarkan anggapan bahwa barang-barang yang
dipandangnya sebagai objek itu tentu ada, akan tetapi ilmu-ilmu pengetahuan itu
tidak mengatakan sepatah kata pun tentang:
1.
Apakah yang disebut “ada” itu?
2.
Apakah hidup itu?
3.
Apakah sebab itu?
4.
Apakah pikiran itu?
5.
Apakah mengerti itu?
Apabila
ternyata bahwa “ada” itu ada tingkatannya, maka dipersoalkan apa arti “ada” itu
dalam setiap tingkatan itu dalam barang-barang mati, dalam tumbuh-tumbuhan,
dalam binatang-binatang dan dalam manusia. Dan apabila ternyata bahwa manusia
itu sendiri belumlah merupakan penjelasan yang terakhir dari kesemuanya itu,
maka diteruskanlah penyelidikannya hingga sampailah ia pada tuhan, sebab
pertama dan tujuannya terakhir dari dunia dan manusia. Maka jika misalnya ilmu
mendidik dibangun atas keyakinan bahwa manusia memang dapat dididik,
filsafatlah yang membicarakan apakah manusia itu sesungguhnya, apakah dan
mengapakah ia perlu atau mungkin dididik .
B.
Hubungan filsafat dan pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode
ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis
pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan
tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut,
dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran
filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan
yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga
akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan
fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat
adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara
itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek,
misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya, akan
mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan
yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan
bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar
aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan
–pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang
dianutnya.
2.
Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan
lairan filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
Di
samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan pendidikan mempunyai
hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah
dalam bukunya: “ Antara Filsafat dan
Pendidikan”, sebagai berikut:
“Filsafat
pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan
memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
a.
Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang
sifat hakiki manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikannya.
b.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan dan metodologi pendidikan
dan pengajaran.
Definisi di atas merangkum dua cabang
ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan
dan hubungan antara keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan
keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai
pengajar bidang studi tertentu”.
C.
Kedudukan filsafat pendidikan sebagai satu disiplin ilmu
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat
mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafatlah yang
mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya,
manusia tidak pernah merasa puas dengan dengan meninjau sesuatu hal dari sudut
yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Maka
kemudian timbullah penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya
masuk dalam lingkungan filsafat. Jika penyelidikan ini telah mencapai tingkat
yang tinggi,maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang baru dan berdiri sendiri. Adapun yang pertama kali
melepaskan diri dari filsafat adalah ilmu pasti, kemudian disusul oleh ilmu
pengetahuan lainnya. Akan tetapi meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang
melepaskan diri tidaklah berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak
membutuhkan bantuan dari filsafat. Misalnya makna pengetahuan tentang atom,
baru mulai nampak bila dihubungkan dengan perabadan. Seorang ahli atom berusaha
menemukan fakta kemudian menciptakan teknik-teknik yang diperlukan. Semuanya
itu dilakukan dengan pengatahuan tentang atom yang semakin meluas dan mendalam.
Namun para ahli atom kadang-kadang tidak memperhatikan apa yang dilakukan
manusia. Karena atom untuk kepentingan perang yang dapat membawa malapetaka
kepada manusia. Hal ini menjadi tugas dari filsafat karena menyangkut masalah
nilai, yang berati filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik
untuk dijadikan pegangan manusia.
Kemudian
pembahasan tentang kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
atau berpikir filosofis dan berpikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini
dengan Piaget tentang epostemologi genetis, yaitu fase-fase berpikir dan
pikiran manusia dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun
pertama usia anak hingga dewasa sebagaimana diuraikan oleh Halford sebagai
berikut:
Jasa
utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam hal tingkah
laku yang terdiri atas 4 fase, yaitu:
1.
Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana cara
berpkir anak masih sangat ditentukan oleh kemampuan pengalaman sensorinya,
sehingga saat sedikit terjadi peristiwa berpikir yang sebenarnya , dimana
tangapan tidak berperan sama sekali dalam proses berpikir dan pikiran anak.
2.
Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai
adanya kegiatan berpikir dengan mulai menggunakan tanggapan(disebut logika
fungsional). Ia tidak menyebut dengan berpikir berdasar hubungan sebab akibat,
seperti pendapat para ahli psikologi perkembangan.
3.
Fase operasional yang Kongkret, yaitu kegiatan berpikir untuk memecahkan
persoalan secara konkret dan terhadap benda-benda yang konkret pula.
4.
Fase Operasional Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai
berpikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan menggunakan
hipotesa serta memprosesnya secara sistematis dalam rangka menyelesaikan
problema walaupun si anak belum mampu membayangkan kemungkinan-kemungkinan
bagaimana realisasinya.
Dari
uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima
dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1.
Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
2.
Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu
pengetahuan itu
3.
Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan
dalam taip-tiap ilmu pengetahuan
4.
Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap
ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan
syarat yang telah ditentukan oleh filsafat
5.
Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.
2.3 Manfaat
Filsafat Terhadap Pendidikan
Filsafat pendidikan, meskipun tidak semua orang mendapatkan
kesempatan untuk mempelajarinya, namun ternyat memiliki dampak dan juga manfaat
yang banyak. Apa saja manfaat filsafat pendidikan? Berikut ini adalah beberapa
manfaat dari filsafat pendidikan :
A. Menjadi salah satu landasan dalam
perkembangan ilmu pendidikan
Pendidikan sendiri, tidak lain juga
merupakan sebuah ilmu yang dapat terus berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Dengan adanya filsafat pendidikan, maka setiap peneliti yang
berkecimpung dan merupakan salah satu pengamat di bidang pendidikan dapat
terbantu untuk lebih mengembangkan ilmu pendidikan yang ada. Berawal dari pertanyaan
mengenai apa, mengapa dan juga bagaimana, yang merupakan dasar utama dari
filsafat.
Hal ini dapat membantu para peneliti
dan juga mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan mampu mengembangkan dan
menyempurnakan ilmu pendidikan yang sudah ada.
B. Menjadi landasan dari kebijakan
mengenai program pendidikan
Segala sesuatu yang diwajibkan dan
juga merupakan hak warga Negara pastinya harus diatur dalam sebuah
undang-undang atau aturan tertentu. Peraturan mengenai pendidikan ini dibuat
dengan menggunakan prinsip filsafat pendidikan. Dengan menggunakan prinsip
filsafat, yaitu mengetahui :
- Apa yang harus dilakukan untuk memajukan pendidikan
- Mengapa pendidikan itu perlu
- Bagaimana melaksanakan pendidikan
Maka dengan demikian dapat dibuat
suatu peraturan atau undang-undang yang melandasi bidang pendidikan sehingga
pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kebingungan bagi para
pendidik maupun yang terdidik.
C. Menjadi landasan untuk berkarya
dan juga mengabdi di bidang pendidikan
Pertanyaan filosofis mengenai
pendidikan, seperti mengapa pendidikan itu penting dapat memberikan jawaban
kepada mereka yang ingin mengabdi menjadi tenaga pendidik. Dengan adanya
filsafat pendidikan, maka tujuan pengabdian dari setiap insan pendidik akan
menjadi jelas, dan hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan
juga pengimplementasian mengenai filsafat pendidikan.
D. Menentukan kurikulum dan juga
materi yang harus diajarkan dalam bidang pendidikan
Untuk menentukan kurikulum dan
materi-materi apa saja yang harus diberikan oleh tenaga pendidik, sesuai dengan
tingkatan usianya bukanlah hal yang mudah. Namun dengan adanya filsafat
penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengkaji hal-hal apa saja yang harus
diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh materi dan pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan juga usia mereka dengan cara pembuatan kurikulum
ajar.
E. Memberikan pemahaman menyeluruh
mengani dunia pendidikan
Meskipun
sudah sangat sering mempelajari tentang pendidikan, namun mungkin masih banyak
beberapa orang yang belum memiliki pemahaman seutuhnya mengenai arti dan juga
manfaat dari pendidikan. Dengan manfaat filsafat pendidikan, maka pemahaman dan
arti keseluruhan mengai apa itu pendidikan akan menjadi lebih jelas dan membuat
siapapun akan menjadi lebih paham mengenai dunia pendidikan.
F.
Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi pendidikan
lebih baik lagi
Dengan adanya manfaat filsafat pendidikan, maka setiap pendidik
sudah dapat memahami bagaimana memberikan dan juga mengembangkan materi
pendidikan dengan baik. Nah, hal ini pun akan sangat bermanfaat dan penting
bagi para pelaku di bidang pendidikan agar lebih paham terhadap materi
pendidikan yang harus diajar dengan lebih baik lagi..
G.
menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkalitas
Sekali lagi, pemahaman yang diperoleh para pendidik mengenai
pendidikan akan membuat kualitas dari para pendidik tersebut menjadi lebih baik
lagi. Jadi, secara harafiah, apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan
juga kualitas dari tenaga pendidik, maka setiap pendidik haruslah memahamai dan
juga mempelajari mengenai filsafat pendidikan, agar dapat menjadi tenaga
pendidik yang lebih baik lagi, sekaligus mampu untuk memajukan dan juga
mengembangkan pendidikan di Indonesia secara khususnya.
H.
Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnya harus
diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik maupun tenaga professional
yang berfungsi untuk mendidik seseorang, maka mereka haruslah memahami hal apa
saja yang harus diketahui pada bidang pendidikannya masing-masing. Hal ini
dapat diperoleh dengan baik apabila seseorang mampu memahami dan mempelajari
filsafat pendidikan.
I.
Meningkatkan kualitas pendidikan
Manfaat penting lainnya dari filsafat pendidikan adalah dapat
meningkatkan kualitas dari pendidikan. Hal ini tentu saja sejalan dengan
manfaat lainnya dari filsafat pendidikan, yaitu dapat emeningkatkan pemahamn
dan juga kualitas dari para tenaga pendidik. Tentu saja hal ini dapat
berpengaruh langsung kepada kualitas pendidikan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan
ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan
permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu
proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas
atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim.
Jadi filsafat dan pendidikan ini
saling berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu
kehidupan.
Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama
proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu.
Pendekatan filosofis adalah cara
pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau
hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab
ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
3.2 SARAN
Semoga dengan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal dalam mempelajafi filsafat.
Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan hidup dan pegangan
fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan
budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang
dalam konteks akselerasi dan medernisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Makalah Filsafat Pendidikan ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK