K-LINK

Minggu, 12 Juni 2016

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERMASALAHAN PADA PESERTA DIDIK (SD, SMP, SMA)”




DISUSUN OLEH:

NAMA                       : EMA HARDIANA
STAMBUK               : A 501 15 080
KELAS                      : A
SEMESTER              : II (DUA)






PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

            Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Palu, 10 Juni 2016



Penulis







DAFTAR ISI

Halaman Judul    …………………………………………………………    i
Kata Pengantar  ………………………………………….……….............    ii
Daftar Isi  ………………………………………………………………...    iii
PEMBAHASAN  …………...…………………………………...............     1
            A. Pengertian Perkembangan   …………………………………...    1
            B. Pengertian Peserta Didik …...................………...…………......   1
            C. Definisi Anak Bermasalah .........................................................   2
            D. Permasalahan Pada Peserta Didik di SD ....................................  2
            E. Permasalahan Pada Peserta Didik di SMP ..................................  5
            F. Permasalahan Pada Peserta Didik di SMA ..................................  8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11







PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perkembangan
       Menurut Nagel (1957), perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
       Menurut Scnneirla (1957), perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya.
       Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.

B.     Pengertian Peserta Didik
                       
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinsikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

C.    Definisi Anak Bermasalah
          
       Seorang siswa dikategorikan sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.
       Penyimpangan perilaku ada yang sederhana, ada juga yang ekstrim. Penyimpangan perilaku yang sederhana semisal: mengantuk, suka menyendiri, kadang terlambat datang ke sekolah. Sedangkan yang ekstrim ialah semisal membolos, memeras teman-temannya, ataupun tidak sopan kepada orang lain.

D.    Permasalahan Pada Peserta Didik di Sekolah Dasar
            
       Sekolah dasar (SD) adalah jenjang pendidikan yang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh pemerintah, khususnya di bidang pendidikan. Sekolah dasar ini ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar pada umumnya berusia 7-12 tahun. Siswa sekolah dasar umumnya menggunakan baju putih merah. Sekolah Dasar (SD) sebagai bagian dari pendidikan dasar merupakan tempat dimana siswa untuk pertama kalinya belajar untuk membaca, menulis dan berhitung.
Karena sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar bagi anak-anak berusia 7-12 tahun, maka tidak diragukan lagi, pastinya ada-ada saja permasalahan yang dihadapi pada peserta didik di sekolah dasar. Contoh permasalahan tersebut seperti kesulitan belajar atau ketidakmampuan belajar pada anak sekolah dasar. Perbedaan individu dapat menyebabkan perbedaan tingkah laku di kalangan anak didik. Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Menurut Djamarah (2002) bahwa gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat berupa ketidakmampuan belajar (learning disability). Menurut Santrock (2007) anak dengan learning disability merupakan salah satu bentuk ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) seperti:
a.       Kesulitan membaca (disleksia)
 
Disleksia merupakan gangguan kognitif yang berupa ketidakmampuan membaca pada anak, anak kesulitan untuk mengenal huruf-huruf yang hampir sama, di mata anak tulisan merupakan coretan yang sulit untuk dibaca. Martini Jamaris, (2014: 139) mendefinisikan dyslexia sebagai kondisi yang berkaitan dengan kemampuan membaca yang sangat tidak memuaskan. Anak dengan gangguan ini dimungkinkan mempunyai IQ yang baik, dan kemampuan lain juga baik, namun dalam hal membaca akan mengalami kesulitan. Nini Subini, (2012: 54) memberikan pendapat bahwa dyslexia merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Dyslexia dianggap suatu efek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Pada anak sekolah dasar, sebagian dari anak-anak sekolah dasar masih mengalami kesulitan membaca (disleksia) pada tataran kelas 4 dan kelas 5.

b.      Kesulitan menulis (disgraphia)
  
Disgraphia yaitu kesulitan dalam menulis. Ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik, sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis.

c.       Kesulitan menghitung (diskalkulia)
 
Diskalkulia adalah kesulitan dalam menghitung dan matematika. Hal ini sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika. Menghitung berarti berhubungan dengan mata pelajaran matematika. Selama ini terbentuk kesan umum bahwa matematika merupakan bidang studi yang sulit dan menakutkan (Heruman, 2009). Akibat dari ketidaksukaan murid pada mata pelajaran matematika atau berhitung akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa sehingga tidak memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Menurut Mulyadi (2010) kondisi ini merupakan salah satu indikasi gejala kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajari matematika karena merupakan suatu sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

E.     Permasalahan Pada Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama
              
Sekolah menengah pertama (SMP) merupakan sekolah lanjutan dari sekolah dasar (SD). Bagi peserta didik yang telah tamat dari sekolah dasar (SD) perlu melanjutkan pendidikannya ke bangku SMP. Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar pada sekolah menengah pertama pada umumnya berusia 13-15 tahun. Sekolah menengah pertama negeri di Indonesia umumnya menggunakan seragam putih biru.
Seperti halnya peserta didik pada sekolah dasar, tentunya ada juga permasalahan yang dihadapi pada peserta didik di sekolah menengah pertama, apalagi pada rentangan usia ini, peserta didik baru memasuki masa remaja dan baru meninggalkan masa kanak-kanak atau biasa disebut dengan masa transisi. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Penyimpangan yang biasa dilakukan oleh siswa sekolah menengah pertama, seperti membolos, menggunakan narkoba, mabuk-mabukan, merokok, melanggar rambu-rambu lalu lintas, bahkan ada yang sudah berani kabur dari rumah. Selain penyimpangan perilaku, peserta didik usia SMP juga sering mengalami masalah emosi, serta motivasi yang rendah untuk belajar. Berikut akan dipaparkan secara jelas, yaitu:
a.       Perilaku menyimpang
Beberapa teori perilaku menyimpang dian­taranya adalah Teori Fungsi Katz, Teori Sosialisa­si, Teori Budaya Anak muda (Youth Culture) dan Teori Kontrol. Teori Fungsi Katz,beranggapan bahwa perubahan tingkah laku individu itu tergantung dari kebutuhan. Menurut Katz dalam (Azwar, 2010: 10) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Sedan­gakan teori sosialiasi menyebutkan bahwa pe­nyimpangan perilaku adalah hasil dari proses belajar. Edin H. Sutherland (dalam Narwoko dan Susanto Ed, 2009: 112) penyimpangan ada­lah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau di antara teman-teman seba­ya yang menyimpang.

b.      Masalah emosi

Usia siswa sekolah menengah pertama (SMP) termasuk dalam usia remaja yang rentan dengan gangguan emosi karena pada masa ini kondisi emosi siswa masih labil dan dipandang sebagai masa transisi dari masa anak-anak menuju masa remaja, ditandai dengan perubahan fisik yang begitu cepat disertai perubahan psikologis dan sosial. Fase perubahan yang terjadi pada remaja seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri maupun konflik dengan lingkungan sekitarnya. Apabila konflik tersebut tidak dapat diatasi dengan baik maka dalam perkembangannya dapat membawa dampak negatif (Amett, 1994).
Emosi merupakan faktor psikologis yang memengaruhi perilaku individu. Menurut Tyson, Linnenbrink, dan Hill, (2009) emosi dapat muncul ketika siswa berada dalam lingkungan akademisi seperti saat ujian, melakukan tugas yang melebihi batas kemampuan siswa, kegiatan belajar yang membosankan karena guru kurang memiliki keterampilan dalam mengajar, mendapat komentar dari guru, atau umpan balik yang membuat siswa tidak merasa nyaman. 
Remaja yang tidak mampu mengelola emosinya dengan baik rentan terhadap gejala depresi, stres, cemas dan gangguan psikis lainnya terutama pada wanita (Larsen, Raffaelli, Richards, Ham, &Jewel, 1990).

c.       Low motivation
 
Orangtua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Pengawasan dan arahan dari orangtua akan berpengaruh terhadap motivasi anak dalam mengikuti kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Alex Sobur (1986:66) bahwa tugas yang paling penting bagi orangtua ialah menjaga supaya semangat belajar anak-anaknya tidak luntur dan rusak, maka diperlukan dorongan dan dukungan moral dan suasana yang menguntungkan bagi kelancaran belajar anak di rumah.
Tetapi, sekarang ini justru tak sedikit siswa SMP yang kurang memiliki motivasi belajar. Sebagian siswa lebih suka melalaikan waktunya dalam mengerjakan tugas itupun tidak dengan sungguh-sungguh. Siswa lebih cenderung menunggu tugas temannya yang sudah selesai, dan mencontoh tugas temannya itu. Setelah mendapat teguran dari guru barulah siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, sebahagian siswa sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru dengan berbagai alasan, sehingga tugas-tugas siswa itu sering tidak masuk dan mengakibatkan nilai-nilai siswa menjadi rendah.
Low motivation, yaitu kondisi yang tidak atau kurang memiliki energi dan dorongan dalam melakukan kegiatan belajar sehingga nilai dan prestasinya pun buruk. Rata-rata siswa yang kurang memiliki keinginan untuk belajar merasa pada saat mereka di rumah, mereka jarang meluangkan waktunya untuk belajar dan orangtua tidak selalu menanyakan kegiatan-kegiatan mereka di sekolah, terkadang orangtua menanyakan kegiatan-kegiatan mereka di sekolah namun terkadang tidak. Menurut mereka itu mungkin disebabkan karena orangtuanya sudah letih setelah bekerja seharian sehingga tidak sempat bertanya mengenai kegiatan mereka di sekolah.

F.     Permasalahan Pada Peserta Didik di Sekolah Menengah Atas
     
       Bagi warga negara Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikannya di jenjang pendidikan sekolah menegah pertama (SMP) atau sederajat dengan batas usia 16-18 tahun wajib untuk mengikuti pendidikan sekolah menengah atas (SMA) atau yang sederajat sampai tamat. Seragam sekolah menengah pertama pada umumnya mengenakan seragam putih abu-abu.
       Sama halnya seperti pada siswa SD dan SMP, siswa SMA pun pasti memiliki berbagai permasalahan yang justru lebih berat lagi dari jenjang-jenjang sebelumnya. Berbagai permasalahan pada siswa SMA akan dipaparkan sebagai berikut:
a.       Perilaku bullying
   
Perilaku bullying kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar pada siswa. Penelitian Sejiwa (2007) menyebutkan bahwa sebagian kecil guru (27,5%) menganggap bullying merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru (73%) menganggap bullying sebagai perilaku yang membahayakn siswa. Hal tersebut tidak bisa dianggap normal karena siswa tidak dapat belajar apabila siswa berada dalam keadaan tertekan, terancam dan ada yang menindasnya setiap hari (Netto, 2007). Menurut Edwards (2006) perilaku bullying paling sering terjadi pada masa-masa sekolah menengah atas (SMA), dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi.
Herbert (Lee, 2004) mendefinisikan bullying sebagai suatu hal yang mengerikan dan kejam yang dilakukan oleh seseorang kepada anak atau sekelompok anak. Bullying dapat terjadi sekali atau berulang-ulang. Korban bullying akan merasakan malu, sakit atau terhina dan terancam. Adapun pelaku bullying mungkin saja tidak menyadarinya. Adapun Hazler (Carney & Merrel, 2001) mendefinisikan bullying sebagai sebuah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyakiti orang lain. Perilaku ini dapat dilakukan dengan menyerang secara fisik atau verbal dan mengucilkan korban.

b.      Kenakalan remaja (perkelahian)
Menurut Jensen (dalam Sarwono, 2002), perkelahian merupakan salah satu bentuk dari kenakalan remaja (juvenile deliquency), tepatnya kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain. Sarwono (2002) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sanksi hukum.

c.       Prokrastinasi
                   
Menurut Solomon & Rothblum, 1984 (dalam Ghufron, 2004), prokrastinasi yaitu suatu  kecenderungan untuk menunda-nunda dalam memulai menyelesaikan tugas secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga kinerja menjadi terhambat.
Menurut Ferrari, 1995 (dalam Hayyinah, 2004) dengan melakukan penundaan banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan bidang akademik misalnya tugas sekolah atau tugas kursus.
Siswa yang memiliki sifat menunda-nunda, jika menghadapi tugas apapun, mungkin cenderung untuk menunda-nunda, begitu juga dengan siswa yang tidak mempunyai kedisiplinan sebagai pelajar, mungkin memiliki sifat kurang disiplin, Tugas pekerjaan rumah (PR), tidak dikerjakan di rumah melainkan di sekolah. Begitu juga dengan siswa yang mengulur-ulurkan waktunya untuk mengerjakan tugas, mungkin memiliki sifat cemas, jika menghadapi tugas apapun, mungkin cenderung cemas. Sifat-sifat yang dimiliki para siswa tersebut mencerminkan tipe kepribadiannya masing-masing. Tiap individu kemungkinan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

     Ahmadi, Drs. H. Abu. dan Drs. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
     Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
     Darjiani, Yuni. 2015. Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2014/2015. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 3, No. 1. 10 Juni 2016.
     Febriany, Rani, dan Yusri. 2013. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa dalam Mengerjakan Tugas-Tugas Sekolah. Jurnal Ilmiah Konseling. Volume 2, No. 1. 12 Juni 2016.
     Kawuryan, Fajar, dan Trubus Raharjo. 2012. Pengaruh Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Disleksia. Jurnal Psikologi Pitutur. Volume 1, No. 1. 10 Juni 2016.
     Lestari, Diah Putri. 2011. Deskripsi Kesulitan Belajar Pada Operasi Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan Siswa Kelas I SDN 3 Panjer Kecamatan Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal FKIP UNS. 10 Juni 2016.
     Mustaqim, dan Drs. Abdul Wahib. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
     Novitasari, Anggun. 2014. Teori dan Metode Pengajaran Pada Anak Dyslexia. 10 Juni 2016.
     Safaat, Yogo Dwi Panti. 2013. Hubungan Antara Pelaksanaan Layanan Informasi Bidang Sosial Dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliori Tahun Ajaran 2012/2013. Indonesian Journal of Guidance and Counseling. Volume 2, No. 1. 11 Juni 2016.
     Suparno. 2006. Model Layanan Pendidikan Untuk Anak Berkesulitan Belajar. Jurnal Pendidikan Khusus. Volume 2, No. 2. 10 Juni 2016.
     Usman, Irvan. 2009. Perilaku Bullying Ditinjau dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan Iklim Sekolah Pada Siswa SMA di Gorontalo. 12 Juni 2016.
     Utaminingsih, Sartika. 2012. Tipe Kepribadian dan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Kelas X Tangerang. Jurnal Psikologi. Volume 10, No. 1. 11 Juni 2016.
     Wuryati. 2012. Fenomena Perilaku Menyimpang Remaja di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Volume 1, No. 2. 11 Juni 2016.

     (Gambar Online) http://lifehacker.com/5904712/how-can-i-recharge-my-depleted-motivation (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.00)
     (Gambar Online) https://catatankika.wordpress.com/2010/03/08/rokok-dan-orang-yang-anda-sayangi/ (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.13)
     (Gambar Online) http://thewonderphysics.blogspot.co.id/2015/05/emosi-peserta-didik.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.15)
     (Gambar Online) http://infosaged.blogspot.co.id/2015/11/game-belajar-menghitung-angka-android-terbaik.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11. 20)
     (Gambar Online) https://play.google.com/store/apps/details?id=air.BelajarMenulis (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11. 22)
     (Gambar Online) http://poskotanews.com/2014/10/17/bolos-membolos-itu-mah-biasa/ (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11. 28)
     (Gambar Online) http://rismakun.blogspot.co.id/2014/05/sekolah-dan-kesannya-bagi-pelajar.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11. 31)
     (Gambar Online) http://azmi648.blogspot.co.id/2015/04/sinetron-aku-anak-indonesia-pejuang.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.34)
     (Gambar Online) http://www.rappler.com/indonesia/107702-bupati-purwakarta-peraturan-bupati-pelajar-merokok (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.40)
     (Gambar Online) https://aliviaramadhani905.wordpress.com/2014/10/26/kerenku-bukan-dengan-narkoba/ (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.43)
             (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.45)
     (Gambar Online) http://madz666.blogspot.co.id/2012/11/budaya-menyontek-harus-dijauhkan.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.48)
     (Gambar Online) http://gambartop10.blogspot.co.id/2015/06/10-gambar-tertidur-di-kelas.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.51)
     (Gambar Online) http://e-medis.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.55)
     (Gambar Online) http://dapodikmen.smk-grobogan.net/2014/08/informasi-mengenai-verifikasi-dan.html (diakses tanggal 12 Juni 2016, pukul 11.59)

1 komentar:

  1. Perkembangan Peserta Didik ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Perkembangan Peserta Didik ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Perkembangan Peserta Didik ~ Berbagi Pengetahuan >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah Seorang Mahasiswa PGSD UNIVERSITAS TADULAKO. Sukses d usia Muda adalah IMPIANKU. Sekarang masih dalam tahap Pengembangan Diri Kearah Sikap-sikap yang positif. Saya Kuliah Sambil Kerja Sambil Jalani Bisnis. dengan DOA dan USAHA saya yakin SAYA BISA. keinginanku mencapai kesuksesan saya coba terus-menurus sampai SAYA BISA. Berbekal keyakinan saya akan mengembangkan potensi DIRI SAYA. Apakah dalam Bisnis, Akademik atau apapun itu saya akan coba lakukan untuk menuju puncak itu.